DAY 25 – PERJALANAN MASYIAN (TANAZUL): SAMPAI DI AROFAH

Prof. Sudarsono’s Jurnal Perjalanan Haji 2010 – Entry # 50

Tanazul

Rombongan JCH Yayasan Multazam dalam perjalanan masyian (tanazul) dari Mekkah menuju Arofah - Malam tanggal 8 Dzulhijjah menjelang Wukuf

Alhamdulillah, setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan bagi sebagian jama’ah calon haji (JCH) dari Yayasan Multazam, Kota Bogor, rombongan berhasil sampai di Arofah pada sekitar pk. 24.00 malam. Sebagian besar anggota rombongan JCH tergeletak kelelahan akibat perjalanan menuju ke Arofah selama kurang lebih enam jam. Sebagian kecil anggota rombongan membantu mendirikan tenda sementara yang dapat memuat sekitar 15 orang. Di luar tenda, JCH rombongan dari Yayasan Multazam juga menggelar tempat tidur untuk sekitar 10 orang yang sekaligus digunakan sebagai pembatas dengan kemah JCH lainnya. Setelah melakukan orientasi lingkungan yang terkait dengan ke mana arah menuju ke WC dari tenda dan ke tenda dari WC, akhirnya warga JCH beristirahat untuk menyiapkan diri menjelang Wukuf esok harinya.

Posisi kemah di Arofah seingat kami adalah sebagai berikut: (a) dari arah Muzdalifah menuju Arofah, melewati Masjid Namiroh (posisi masjid ada di kanan rombongan), (b) Setelah melewati Masjid Namiroh, belok ke kanan menuju kompleks WC (yang posisinya ada di kanan kami), dan (c) kira-kira 75-100 m dari belokan awal, ada lapangan terbuka dengan sejumlah pepohonan – di lapangan inilah (kurang lebih 100 langkah dari jalan masuk ke dalam lapangan) rombongan JCH dari Yayasan Multazam memilih lokasi untuk berkemah.

Pada saat rombongan kami dari Yayasan Multazam sampai di lokasi perkemahan, di lapangan telah berdiri ribuan “kemah sementara” JCH yang berasal dari berbagai negara. Namun demikian,  kondisi perkemahan sementara masih agak tersebar dan masih ada jarak antar kemah yang satu dengan kemah yang lain. Betapa terkejutnya kami ketika bangun dari tidur esok harinya, dan dengan bertambah siangnya hari, ternyata seluruh tempat yang malamnya masih merupakan ruang sela antar tenda, pagi harinya telah dipenuhi oleh tenda-tenda sementara dari JCH yang akan wukuf di Arofah. Yang malamnya merupakan jalan setapak untuk keluar masuk dari lokasi kemah ke lokasi lain (seperti ke WC), ternyata telah tertutup kemah atau tempat tidur sementara dari JCH. Sehingga jika kami keluar dari kemah ke tempat lain, ibaratnya harus melangkahi JCH yang sedang tidur atau tempat JCH tidur.

Potensi permasalahan yang muncul bukan hanya bagaimana mencari jalan keluar dari kemah ke WC misalnya, tapi juga mencari jalan kembali ke kemah dari WC. Kesulitan ini muncul karena tanda-tanda yang telah dihafal dimalam sebelum tidur telah sama sekali berubah. Alhamdulillah, sebagian besar JCH mampu menemukan kembali lokasi kemah berkat bendera rombongan pinjaman dari Hud (warna merah) dan yang dibawa dari Bogor (warna hijau), serta warna terpal (biru) dan kain sprei yang khas yang dibawa dari Indonesia. Meskipun demikian, salah satu JCH dari Kab. Bogor (Pak Sepuh – Husein), di pagi hari Arofah sempat kesasar dan bolak-balik di luar lokasi kemah karena tidak dapat menemukan jalan kembali ke kemah rombongan setelah selesai membuang hajad di WC. Alhamdulillah, saat menjelang waktu Wukuf, seorang JCH dari Kabupaten Bogor yang tergabung dalam rombongan lain secara tidak sengaja bertemu dengan beliau di jalan dan beliau di bawa ke kemah rombongan JCH tersebut. Selanjutnya, baru setelah masuk waktu Wukuf ada telpon dari JCH yang menemukan ke anggota rombongan JCH dari Yayasan Multazam (Bapak Bambang, JCH dari Kab. Bogor yang ada di rombongan kami) dan Pak Husein dijemput untuk dibawa bergabung lagi dengan rombongan JCH Kota Bogor. Yang bersangkutan maupun kami yang ada di kemah sempat khawatir dan yang bersangkutan terlihat kelelahan akibat berjalan bolak-balik untuk mencari lokasi kemah rombongan Kota Bogor.

Sebagai catatan tambahan – seharusnya dalam era teknologi saat ini, banyak gadget yang dapat digunakan untuk membantu menentukan titik lokasi tertentu di suatu tempat, misalnya GPS (baik sebagai gadget tersendiri atau bagian dari handphone). Gadget seperti GPS sangat membantu sekali untuk mencegah orang tersesat atau tidak bisa menemukan lokasi kemah sebagaimana yang terjadi pada Pak Husein. Ada baiknya gadget semacam GPS dijadikan sebagai salah satu peralatan yang dibawa oleh rombongan masyian dan ada baiknya jika memungkinkan – paling tidak ada satu GPS dalam setiap rombongan. Gadget GPS juga nantinya akan sangat membantu untuk mencari dan menemukan lokasi perkemahan di Mina.

Demikianlah ceritera lanjutan dari etape pertama perjalanan masyian dalam musim haji tahun 1431 H/2010 M. Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.

Next: Entry # 51 – Day 26 – Perjalanan Masyian (Tanazul): Wukuf di Arofah.

Previous: Entry  # 49 – DAY 25 – PERJALANAN MASYIAN (TANAZUL): PERJALANAN MENUJU KE AROFAH

(Arofah, 14 November 2010)

About PMB Lab: Prof. Sudarsono

This blog is dedicated as a communication media among alumni associated with PMB Lab, Dept. of Agronomy and Horticulture, Fac. of Agriculture, IPB, Bogor – Indonesia. It contains various information related to alumni activities, PMB Lab’s on going activities and other related matters.
This entry was posted in Jurnal Perjalanan (Travel Journal), Serbaneka Info, Travels and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment